Rabu, 28 Januari 2015

Dizzy because of KRS



gak kerasa, udah awal semester 4 aja. padahal kayaknya baru kemarin ospek.
semester 3 kemarin cukup memuaskan, walaupun ada beberapa nilai yang gak sesuai harapan.
kalau menjelang awal semester baru, selalu aja pusing dengan entri KRS. belum lagi harus aktivasi KTM yang antriannya melebihi antrian pembeli BBM.
semoga semester 4 lebih baik lagi..
화이팅 !!!


whatever I say



 
Jadi, selama ini dugaanku benar. Anak laki-laki yang pertama kali kutemui saat mendaftar di SMP adalah kau. Awalnya, aku tidak yakin apakah anak laki-laki itu kau atau bukan. Aku juga tidak yakin, wanita yang menanyaiku saat pendaftaran itu, ibumu atau bukan.
Semuanya jelas malam ini. Entah mengapa, tiba-tiba aku merindukanmu. Iseng, aku membuka facebook dan mencari profilmu, karena hanya facebook, satu-satunya koneksi antara kita berdua saat ini. Dari iseng tersebut, aku jadi semakin penasaran bagaimana kabarmu saat ini. Akhirnya, aku membuka kronologi di facebookmu dari tahun ke tahun. Dari situlah aku sadar. Selama ini, banyak sisi lain dari dirimu yang belum kuketahui. Mulai dari dirimu yang ternyata mengidolakan Bambang Pamungkas. Dirimu yang sebenarnya romantis walaupun jahil. Dirimu yang sebenarnya menyimpan kesedihan karena mempunyai masalah dengan orangtuamu. Dirimu yang ternyata hanya menjadikan menggambar dan mendesain sebagai hobi, bukan ingin mempelajarinya lebih lanjut. Dirimu yang mau berusaha demi orangtua. Dirimu yang ternyata bisa menulis catatan di facebook dengan kata-kata yang indah dan bahkan tidak lebay. Dan mungkin, masih ada sisi lain dari dirimu yang belum ku ketahui hingga saat ini.
Jujur saja, sering aku menangis untukmu. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku sadar tidak ada gunanya menangis untuk cinta. Dari situlah aku mencoba menghapus dirimu dari hidupku. Mencoba melupakan dan membuang jauh semua yang berkaitan denganmu. Sulit memang. Bahkan aku membutuhkan waktu yang lama.
Kau tahu? Kau adalah orang terlama yang mengisi hatiku. Entah mengapa, sangat sulit melupakanmu. Selama beberapa tahun, aku tidak bisa menemukan seseorang yang bisa menggantikan.
Tapi, kau juga harus tahu. Walaupun aku memendam rasa suka saat itu, tapi sesungguhnya aku lebih menyukai kita sebagai sahabat. Bercerita masalah satu sama lain tanpa ragu dan canggung. Bercanda satu sama lain tanpa takut bila salah satu ada yang tersinggung. Bahkan, karena begitu akrab, kau sangat sering meminta pullpen atau pensilku. Kau juga sering memintaku untuk membeli “gerrry salut coklat”. Lucunya jika aku membeli Gerry dengan bungkus warna merah, kau akan menukarnya dengan milikku yang berwarna coklat. Anehnya, kau menyukai Gerry yang coklat, tapi tidak menyukai miuman dengan rasa coklat. Aku bahkan bingung harus membeli minuman apa, sampai akirnya aku membeli kopi untukmu.
Kau tahu? Aku sangat senang saat kau berkata “Aku tidak mau berkelompok dengannya, aku mau jika kau juga ada di sana”. Aku juga senang saat kau berkata “Jangan terlalu dekat dengannya, tidak baik, aku tidak suka”. Entah apa yang kau pikirkan saat kau mengatakan kalimat itu.
Oh iya, ada satu hal yang sangat lucu tentang dirimu. Jika aku mengingatnya, aku selalu tertawa. Saat itu akhir tahun kelas 2 SMP. Sekolah akan mengadakan pentas seni yang salah satu isinya adalah drama. Guru bahasa Indonesia menunjukmu sebagai salah satu aktornya. Awalnya kau tidak mau. Tapi akhirnya tampil juga. Terus apa lucunya? Bagian lucunya adalah di drama itu kau berperan sebegai Kleting Kuning yang buruk rupa. Padahal kau adalah anak laki-laki.
Saat kelas 3 SMP, semuanya menjadi semakin dekat. Kita bahkan harus masuk kelas tambahan yang sama untuk mata pelajaran matematika dan fisika. Kau, kau juga harus mengikuti kelas tambahan untuk bahasa inggris. Tapi, karena kau selalu memintaku untuk mengajarimu, aku yang seharusnya tidak mengikuti kelas tambahan untuk bahasa inggris, rela mengikutinya.
Sampai tiba saat ujian. Kau duduk di bangku paling depan dan aku ada di bangku ketiga. Kita duduk satu deretan. Sebelum bel masuk berbunyi, aku harus mencari bangku lain karena kau selalu duduk bi bangkuku sambil belajar.
Saat perpisahan tiba. Kau tidak datang. Aku kecewa sekali. Aku bahkan tidak fokus menonton pementasan, karena aku terus saja celingukan mencarimu. Tapi, tiba-tiba, seorang wanita datang dan duduk tepat di depanku. Ia sangat cantik. Ia lalu berkata “Teman sekelasnya _____ ya! Hari ini, dia tidak bisa datang”.  Ternyata ia adalah ibumu, orang yang kutemui saat pendaftaran.
Apakah ini sebuah kebetulan atau apa? Entahlah. Yang aku tahu, semua yang kita alami didunia bukanlah kebetulan. Semuanya adalah skenario Tuhan. Rencana Tuhan. Semoga, jika kita dipertemukan kembali, pertemuan itu adalah rencana Tuhan.

Jumat, 23 Januari 2015

Nia Ngomongin Cinta

Nia Ngomongin Cinta #2



Kali ini, yang akan dibahas adalah friend zone. Friend zone apa sih? Friend zone adalah salah satu zona pada suatu hubungan. Nah di friend zone itu, kita hanya dianggap sebagai teman. Tidak lebih. Kedengarannya memang “nyesek”. Tapi, IMO –in my opinion-, lebih baik ada di friend zone daripada harus pacaran.
Kenapa?
Karena pacaran tidak selamanya berjalan dengan lancar. Malah, zona pacaran ini, lebih sering ribut, bertengkar, marahan dan lain sebagainya. Memang tidak semua yang berpacaran sering ribut dan bertengkar. Tapi, sejauh ini, yang saya amati, mereka yang berpacaran sering sekali ribut. Parahnya, mereka ribut hanya karena hal-hal kecil yang tidak penting. Misalnya, terlambat kasih kabar, di telepon nggak dijawab, di BBM nggak diread,dikit-dikit cemburu dan masih banyak lagi.
Karena alasan itulah, saya lebih suka friend zone daripada pacaran. Dan, kebetulannya, selama ini, saya lebih sering ada di friend zone.
Kalau banyak yang bilang di friend zone itu menderita, itu karena mereka hanya melihat friend zone dari sisi buruknya saja. Mereka tidak melihat friend zone dari dua sisi. Jadi intinya, jangan lupa untuk melihat segala sesuatu dari dua sisi, karena, segala sesuatu di dunia ini mempunyai dua sisi, baik dan buruk, negatif dan positif.

Nia Ngomongin Cinta

Nia Ngomongin Cinta #1
 
Kalau Raditya Dika punya “Raditya Ngomongin Cinta”, Nia juga bisa ngomongin cinta.
Jarang-jarang lho, Nia membahas tentang cinta. Hehehe 

Malam minggu di penghujung tahun 2014.
Jam menunjukkan pukul 23:54 WIB dan mataku masih belum ingin terpejam. Akhirnya, aku menonton acara TV malam. Kebetulan ada film bagus. Judulnya 3600 detik. Walaupun aku tidak  menontonnya dari awal, tapi aku cukup paham dengan jalan ceritanya. Setelah film selesai, aku beranjak ke kamar, berniat untuk tidur. Tapi, niat tidur itu gagal. Aku membuka laptop dan mulai mengetik. Sepertinya hobby ku menulis cerpen muncul kembali. Tidak hanya itu, gara-gara film itu, aku teringat akan kedekatanku dengan teman SMP ku. Tidak perlu kusebut siapa namanya. Kami dekat saat kami kelas 2 SMA. Ini aneh. Tiga tahun kami satu kelas di SMP, tapi selama itu juga kami tidak dekat.
Aku dan temanku mulai dekat setelah kami bertemu di suatu sore yang hujan. Saat itu kami akan pergi menjenguk seorang teman. Singkat cerita, kami menjadi semakin dekat. Walaupun begitu, kita tidak terikat dengan yang disebut pacaran. Saat itu, aku bingung harus menyebut hubungan itu dengan sebutan apa. Teman? Tentu saja lebih dari sekadar tema. Sahabat? Bisa dibilang begitu. Sampai akhirnya aku menyebut itu dengan friend zone.